Sunday, April 21, 2013

PENDAHULUAN Akidah bagi setiapmuslim merupakan salah satu aspek ajaran islam yang wajib diyakini. Dalam Al-qur’an akidah disebut dengan al-iman (percaya) yang sering digandengkan dengan al-amal (perbuatan baik) tampaknya kedua unsur ini menggambarkan suatu integritas dalam ajaran Islam. Dasar-dasar akidah islam telah dijelaskan nabi Muhammad saw melalui pewahyuan Al-qur’an dan kumpulan sabdanya untuk umat manusia generasi muslim awal binaan Rasullullah saw telah meyakini dan menghayati akidah ini meski belum diformulasikan sebagai suatu ilmu lantaran lantaran rumusan tersebut belum diperlukan. Pada periode selanjutnya, persoalan akidah secara ilmiah dirumuskan oleh sarjana muslim yang dikenal dengan dengan nama mutakallimun, hasil rumusan mutakallimun itu disebut kalam, secara harfiah disebut sabda Tuhan ilmu kalam berarti pembahasan tentang kalam tuhan (Al-qur’an) jika kalam diartikan dengan kata manusia itu lantaran manusia sering bersilat lidah dan berdebat dengan kata-kata untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Kata kalam berkaitan dengan kata logos dalam bahasa Yunani yang berarti alasan atau argumen Ahmad Mahmud Shubhimengutip defenisi ilmu kalam versi Ibnu Khaldun bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membahas tetang persoalan-persoalan dasar keimanan dengan menggunakan dalil akal dan menolak unsur-unsur bid’ah. Dari defenisi dapat dipahami bahwa pembahasan ilmu kalam adalah untuk mempertahankan akidah. Dasar-dasar akidah yang termaktub di dalam al-qur’an dianalisa dan dibahas lebih lanjut dengan menggunakan logika untuk mendapatkan keyakinan yang lebih kokoh. 2. Aliran Asy’ariah Menurut aliran asy’ariyah, faham kewajiban tuhan berbuat baik dan terbaik bagi manusia (ash-shalah wa al-ashlah), sebagaimana dikatakan aliran Mu’tazilah , tidak dapat diterima karena bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Hal ini ditegaskan Al-ghazali ketika mengatakan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat dan yang terbaik bagi manusia. Dengan demikian aliran asy’ariyah tidak menerima faham Tuhan mempunyai kewajiban. Tuhan dapat bebuat sekehendak hati-Nya terhadap makhluk. Sebagaimana yang dikatakan Al-ghazali, perbuatan Tuhan bersifat tidak wajib (Ja’iz) dan tidak satu pun darinya yang mempunyai sifat wajib. Karena percaya kepada kekuasaan mutlak Tuhan dan berpendapat bahwa tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa , aliran asy’ariyah menerima faham pemberian beban diluar kemampuan manusia, Asya’ari sendiri dengan tegas mengatakan dalam Al-luma, bahwa Tuhan dapat meletakkan beban yang tidak dapat di pikul pada manusia. Menurut faham Asy’ariah perbuatan manusia pada hakitkatnya adalah perrbuatan tuhan dan diwujudkan dengan daya Tuhan bukan dengan daya manusia, ditinjau dari sudut faham ini, pemberian bebana yang tidak dapat dipikul tidaklah menimbulkan persoalan bagi aliran Asy’ariah manusia dapat melaksanakan beban yang tak terpikul karena yang mewujudkan perbuatan manusia bukanlah daya manusia yang terbatas, tetapi daya Tuhan yang tak terbatas. 4. Aliran Asy’ariyah Dalam faham Asy’ari, manusia ditempatkan pada posisi yang lemah. Ia diibaratkan anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karena itu Aliran ini lebih dekat dengan faham jabariyah daripada faham Mu’tazilah. Untuk menjelaskan dasar pijakannya, Asy’ari memakai teori Al-kasb (acquisition, perolehan), segala sesuatu terjadi dengan perentaraan daya yang diciptakan, sehingga menjadi perolehan dari muktasib (yang memperoleh kasb) untuk melakukan perbuatan, dimana manusia kehilangan keaktifan, yang mana manusia hanya bersikap pasif dalam perbuatan-perbuatannya. Untuk membela keyakinan tersebut Al-Asy’ari mengemukan dalil Al-qur’an yang artinya : “Tuhan menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat” (Q.S. Ash-shaffat : 96) Aliran Asy’ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan Allah, sedangkan daya manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya, dengan demikian Kasb mempunyai pengertian penyertaan perbuatan dengan daya manusia yang baru. Ini implikasi bahwa perbuatan manusia dibarengi kehendaknya, dan bukan atas daya kehendaknya. ALIRAN AL- ASY’ARIAH MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam Disusun Oleh : Maimun Rosyid SEKOLAH TINGGI AGAMA ( SETIA ) WALI SEMBILAN SEMARANG TAHUN 2007 / 2008 BAB I PENDAHULUAN Al- Asy’ari (260 H/873 M – 324 H/935 M) adalah tokoh dan pelopor yang mempunyai aliran dalam ilmu kalam. Dalam hal ini banyak orang mengikuti beliau dan namanya diabadikan menjadi nama aliran “ Asy - Ariah” dan kemudian aliran ini identik dengan nama “Ahlussunnah Waljama’ah” bahkan aliran ini merupakan salah satu aliran terbesar dan masih diikuti mayoritas umat Islam saat ini. Menurut para ahli, tidak ada keterangan terperinci tentang pendidikan yang beliau tempuh, hanya dikatakan bahwa sejak usia muda beliau berguru dengan Al Jubbai seorang yang dikenal dari aliran Muktazilah yang diikuti beliau dan mempelajari ajaran-ajarannya dengan setia sampai menginjak usia 40 tahun, bahkan karya Al Asy ’ ari tidak sedikit yang berkutat tentang kemuktazilahan. Walaupun akhirnya beliau meninggalkan aliran Muktazilah dan membentuk aliran sendiri. Untuk lebih jelasnya tentang sebab-sebab beliau meninggalkan aliran Muktazilah dan membuat aliran sendiri akan dijelaskan dalam latar belakang munculnya aliran Al-Asy ’ ari. Drs. HM Muhaimin Ilmu Kalam, Syariah dan Aliran-aliran, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang : 1999 hal.99-100 BAB II RUMUSAN MASALAH Dalam pembahasan aliran Al-Asy ’ ariah terdapat rumusan masalah yang menjadi topic seputar aliran Al-Asy ’ ariah A. Latar Belakang Munculnya Aliran Latar belakang munculnya aliran akan dikembangkan dalam pembahasan B. Hasil Karya dan Ajaran-ajaran Al-Asy ’ ari Hasil karya Al-Asy ’ ari sangat banyak namun dalam pembahasan hanya 3 buku penting yang disebutkan. C. Membahas tentang Iman dan Kufur Pembahasan batas-batas iman dan kufur untuk kaum muslimin D. Perbuatan Manusia dan Tuhan Perbuatan manusia dan tuhan meliputi atas kehendak manusia dan Tuhannya Drs. HM Muhaimin ;Ilmu Kalam, Sejarah dan Aliran-aliran, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang : 1999 hal.102-108 Drs. H Moch Rifai, Drs RS Abdul Azis; Ilmu Kalam, Sejarah dan Aliran-aliran, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang : 1994 hal.65-84 BAB III PEMBAHASAN A. Latar Belakang Aliran Dalam hal ini tidak ada sebab yang pasti namun sebab yang biasa disebut berasal dari Al-Subki dan Al-Hafidz bin Azakir mengatakan bahwa pada suatu malam Asyari bertemu beliau nabi Muhammad SAW, mengatakan bahwa madzhab hadist lah yang benar dan muktazilah salah. Sebab lain adalah Al-Asy ’ ari berdebat dengan gurunya Al-Jubbai dan dalam perdebatan tersebut Al Jubbai tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Kemudian dalam keputusan terakhir Al-Asy ’ ari mengasingkan diri selama 15 hari untuk merenungkan tentang ajaran-ajaran kemuktazilahan. Setelah itu ia pergi ke masjid naik mimbar dan mengatakan kepada hadirin bahwa mulai saat ini atas petunjuk Allah SWT meninggalkan aliran kemuktazilahan yang diragakan dengan melepas bajunya dan berpindah aliran yang ia susun sendiri dalam karya tulisannya yang bernama aliran Ahli Sunnah. B. Hasil Karya dan Ajaran-ajaran Al-Asyari Al-Asyari sampai tahun 931 M meninggalkan buku sebanyak 69 judul buku dan setelah itu masih menulis 29 buku lain. Tetapi yang sampai pada lkita hanya 3 judul buku yaitu : 1. Maqaalat al Islamiyyin ( Pendapat aliran Islam) 2. Al Ibanah Anushul al Diyanah (Penjelasan dasar Islam) 3. Al Luma’ fi al Rad ala Ahlal Ziaqh Wa’abia (Polemik melawan para Penyelewengan dan Pembaharu) Ajaran Al Asy ’ ari dapat diketahui melalui bukunya dengan ciri sebagai penengah antara aliran rasionalis dan textualis yaitu antara lain tentang : 1. Wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah Kalam Allah adalah lafal-lafal yang diturunkan melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan pada Nabi, adalah Dalalah (yang menunjukkan) dari kalam yang sifatnya Azali Dalalah yang disebut itu adalah makhluk (diciptakan) yang madlul bersifat Qodim dan Azali . 2. Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan Menurut Al Asy ’ ari sifat tuhan itu tidak sama dzat Nya dan Tuhan memiliki sifat wajib, mustakhil dan jaiz 3. Melihat Tuhan di akhirat Manusia dapat melihat Tuhan di akhirat karena Tuhan itu maujud dan setiap yang maujud itu memungkinkan untuk dilihat, tentang caranya kita jangan berfikir arah tempat dan bentuk yang kita alami saat ini. Tentunya hal ini mustahil Al-Asy ’ ari mendasarkan pada QS:Al Qiyaamah ayat 22-23 “ Wajah -wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada T uhannyalah mereka melihat “ 4. Dosa Besar Orang mukmin yang melakukan dosa besar ia tetap mukmin tapi mukmin Ashi atau Fasik. Bila ia meninggal sebelum bertaubat maka terserah Tuhan atas pelanggarannya itu, apakah Tuhan menyiksa atau mengampuninya. Walau ia masuk neraka tetapi akhirnya akan bisa merasakan syurga. 5. Imanah Imanah/Kepala Pemerintahan ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mendapat mufakat seperti khalifah Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali. C. Membahas tentang Iman dan Kufur Dalam aliran Al Asy’ariah menguraikan bahwa Iman adalah mengikrarkan dengan lisan dan membenarkan dalam hati dan iman yang sempurna diikuti dengan mengerjakan anggota badan. Sedangkan orang mukmin bisa menjadi kafir adalah karena mengingkari rukun iman. D. Perbuatan Manusia dan Tuhan Perbuatan manusia dan Tuhan adalah bahwa Tuhan menghendaki kebaikan dan keburukan. Mengenai kekuasaan Tuhan adalah Tuhan berkuasa atas segalanya namun manusia diberi kebebasan usaha (Kasb) untuk mewujudkan suatu pekerjaan atau perbuatan. Perbuatan Tuhan tidak dapat dinyatakan mengapa, maksudnya bahwa perbuatan Tuhan itu bukan karena hikmah atau tujuan tertentu melainkan karena kodrat dan irodat Nya. Tentang perbuatan manusia Asy ’ ariah berpendapat yang menjadikan perbuatan manusia adalah qudrah Allah. Tetapi besertanya qudrah manusia, jadi perbuatan manusia bukan diwujudkan oleh manusia itu sendiri melainkan diciptakan Tuhan. Namun dalam mewujudkan manusia mempunyai bagian, walaupun tidak efektif yang disebut Al Khasbu yakni bebarengan dengan kemampuan seseorang perbuatannya. Maka dengan itulah seseorang bertanggungjawab atas perbuatannya. Drs. HM Muhaimin ;Ilmu Kalam, Sejarah dan Aliran-aliran, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang : 1999 hal.102-108 Drs. H Moch Rifai, Drs RS Abdul Azis, Ilmu Kalam, Sejarah dan Aliran-aliran, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang : 1994 hal.65-84 BAB IV KESIMPULAN Aliran Al Asy ’ ariah menggunakan A l Qur’an dan hadist sebagai das ar pokok agama dan disamping itu menggunakan akal pikiran, yang tugasnya tidak lebih daripada memperkuat nash-nash wahyu dan hadist. Aliran Al Asy’ariah itu muncul karena Al Asy’ari tidak mememukan jawaban atas pertanyaan pada aliran muktazilah yang pada akhirnya menyebabkan Al Asy’ari keluar dan berganti aliran Al- Asy’ariah. Aliran Al- Asy’ariah identik dengan sebutan Ahlussunnah Waljamaah karena Ahlussunnah adalah nama aliran atau faham sedangkan Al Asy’ari adalah tokoh yang mengajarkan tentang aliran tersebut yang kadang orang menyebut Aliran Ahlussunah dengan nama tokohnya yakni Al Asy’ariah. Drs. HM Muhaimin; Ilmu Kalam, Sejarah dan Aliran-aliran, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang : 1999 hal.102-108 Drs. H Moch Rifai, Drs RS Abdul Azis, Ilmu Kalam, Sejarah dan Aliran-aliran, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang : 1994 hal.65-84

No comments:

Post a Comment